Berita

Dua Perahu Sandeq dilepas Dalam Expedisi Bajau Sulawesi

×

Dua Perahu Sandeq dilepas Dalam Expedisi Bajau Sulawesi

Sebarkan artikel ini

Jalur Teripang Jalur Bajau : Mandar Luwuk Banggai

Screenshot 20241123 135842
Berlayar, dua perahu sandeq secara resmi dilepas dalam Expedisi Bajau Mandar Bajau.

POLMAN, POJOK RAKYAT — Kementrian Kebudayaan lepas dua perahu tradisional mandar sandeq dalam ekspedisi Bajau Sulawesi dari pantai Palippis Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menuju Luwuk Banggai melintasi jalur Teripang jalur Bajau. Sabtu 23 November.

Pelepasan ekspedisi due perahu Sandeq ini berlangsung di pesisir pantai Palippis, Desa Bala, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polman yang dihadiri oleh Pj Bupati Polman Muh Ilham Borahima, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Andi Rajab dan Perwakilan Kementerian Kebudayaan Muhamad Atqa.

Screenshot 20241123 135814
Perwakilan Kementerian Kebudayaan Muhamad Atqa melepas awak kapal sandeq dalam Expedisi Bajau Sulawesi.

Dua perahu Sandeq dengan 10 orang awak ini akan menyusuri jalur Teripang atau jalur rempah-rempah selama 50 hari. Kegiatan ini merupakan kegiatan Kementrian Kebudayaan bekerja sama dengan komunitas Bahari Madar dalam ekspedisi bertajuk Bajau Sulawesi.

Tujuannya dalam rangka melestarikan perahu tradisional Sandeq sebagai warisan budaya benda nasional.

“Serta melihat jalur sejarah atau jalur Teripang, jalur Bajau memakan waktu selama 50 hari, sepanjang 3000 kilometer,” kata Ketua tim kerja diplomasi budaya Kementrian Kebudayaan, Mohamad Atqa kepada wartawan.

Ia menerangkan, para pelaut ulung dari tanah Mandar ini diharapkan tiba pada 11 Desember di Banggai. Di Pulau Banggai sendiri akan berlangsung festival Lupus Selebes mengangkat ekosistem laut, terutama pangan laut dan bahari.

Salah satu rangkaian festival ini kata Mohammad Atqa ialah kongres budaya Bajau dihadiri delegasi Asean.

“di kongres tersebut kami membicarakan isu-isu permasalahan suku laut dan juga bahan kerja sama, nantinya mengangkat tradisi Maritim untuk didaftarkan warisan budaya Unesco,” lanjutnya.

Ia juga menyampaikan, kegiatan ini merupakan kegiatan lintas negara dalam mengangkat tradisi maritim jadi dominasi warisan budaya Unesco.

Atqa menyebut dalam ekspedisi ini berangkat pelaut tradisional dari komunitas Bahari Mandar. Selama perjalanan mereka akan mengambil dokumentasi hingga diskusi budaya sebagai bahan riset.

Sementara itu ketua tim ekspedisi, Ridwan Alimuddin mengatakan dua perahu sandeq tradisional ini beranggotakan 10 awak.

“Tiga pelaut Mandar profesional, lima anggota pecinta alam dari Universitas Hasanuddin,” kata Ridwan Alimuddin.

Dia menerangkan dalam perjalan akan singgah di pulau-pulau kecil, mengambil dokumen tradisi lisan suku Bajau.

Ridwan mengatakan perjalanan akan menghabiskan waktu kurang lebih 50 hari dengan jarak kurang lebih 3000 kilometer.

Sembari berharap dalam perjalanan ini tidak ditemukan kendala berarti, sampai dan kembali pulang dengan selamat.

“Ini sudah masuk musim barat, kalau masuk wilayah timur Sulawesi, insyallah sudah teduh, persiapan utama itu perahu sandeq tradisional yang sudah tua,” ujarnya.

Screenshot 20241123 135827
Kapal sandeq mulai berlanlyar meninggal pantai Palippis.

Pegiat literasi budaya kemaritiman bahari Mandar ini menyebut dua perahu Sandeq sudah berusia 40 tahun, dipersiapkan selama satu bulan.

Ridwan menambahkan tujuan utama ekspedisi ini untuk membawa tradisi orang laut suku Bajau sebagai warisan budaya tak benda di Unesco.

Sehingga dibutuhkan riset kontemporer lewat sebuah ekspedisi sebagai salah satu bahan pengetahuan, “Salah satunya yakni antara suku Bajau dengan suku Mandar sangat memiliki hubungan erat dalam kemaritiman, nama pulau hingga benda pusaka,” ungkap sejarawan Mandar ini.(*)