MEKKAH, POJOK RAKYAT.ID — “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd.” Suara takbir kemenangan berkumandang di seluruh penjuru dunia, menandakan berakhirnya bulan suci Ramadan dan datangnya hari kemenangan.
Namun, di tengah kegembiraan ini, ada satu hal yang membuat lebaran tahun ini terasa berbeda buras buatan mama tak lagi ada. Sabtu 29 Maret 2025.
Lebaran kali ini terasa hampa tanpa kehadiran tangan lembut yang dengan penuh cinta menyiapkan hidangan istimewa. Buras buatan mama selalu menjadi menu andalan di meja makan setiap Idulfitri, membawa kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga. Kini, tanpa kehadiranmu, mama, ada kehampaan yang tak bisa tergantikan.
Setiap gigitan buras yang tersaji tahun ini seakan menyimpan memori akan rasa yang berbeda. Tidak ada lagi sentuhan khas tangan mama yang selalu membuat hidangan ini begitu istimewa. Sejak kecil, menu lebaran selalu dinantikan, bukan hanya karena rasa lezatnya, tetapi juga karena ada cinta di dalamnya. Kini, hanya kenangan yang tersisa, dan rinduku semakin mendalam.
Kepergianmu, mama, membuat segalanya berubah. Rumah yang dulu penuh cahaya kini terasa redup tanpa kehangatanmu. Tawa dan nasihat yang dulu sering terdengar kini hanya gema dalam ingatan. Dulu kami menganggap kata-katamu sebagai omelan, namun kini, setiap kalimat yang pernah terucap menjadi pengingat akan kasih sayangmu yang tiada tara.
Semoga kami, anak-anakmu, mampu menjadi anak yang saleh dan salehah, sebagaimana harapanmu. Dalam setiap sujud, doa kami selalu mengalir untukmu, semoga engkau tergolong dalam golongan orang-orang yang berbahagia di sisi-Nya. Semoga doa-doa kami menjadi cahaya di alam barumu.
Selamat Hari Raya Idulfitri, mama. Meski ragamu tak lagi di sini, cintamu akan selalu hidup dalam setiap kenangan, dalam setiap sujud, dan dalam setiap hidangan buras yang kini menjadi simbol rindu yang tak bertepi.(bdt)