Berita

Hidup Sebatangkara, Seorang Disabilitas Ditengah Kota di Kelurahan Darma Hidup di Rumah Reot

×

Hidup Sebatangkara, Seorang Disabilitas Ditengah Kota di Kelurahan Darma Hidup di Rumah Reot

Sebarkan artikel ini
20250722 102239
Kondisi rumah Ibu Nahnia, Warga Disabilitas di Kelurahan Darma yang hidup digubuk reot.

POLMAN, POJOKRAKYAT — Hanya beberapa puluh meter dari Kantor Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, berdiri sebuah rumah panggung tua yang hampir roboh. Rumah itu milik Nahni Burhan (53), seorang perempuan penyandang disabilitas yang hidup sebatang kara, Kayu-kayunya sudah lapuk, lantai bolong, dinding tambal sulam, dan atap bocor di banyak tempat. Selasa 22 Juli 2025.

Dari jalan poros Mamasa–Polewali, rumah itu tampak miring ke kiri. Untuk masuk ke dalamnya, seseorang harus melewati jembatan kayu yang sudah rapuh. Begitu menapakkan kaki di teras, was-was dihati seakan jembatan itu akan rubuh.

Terasnya nyaris tidak ada, hanya menyisakan pijakan yang melekat pada balok utama. Di dalam rumah, kesunyian dan kesederhanaan menyatu dengan aroma kayu tua dan udara lembab yang masuk melalui celah-celah atap.

Sudah bertahun-tahun Nahni tinggal di rumah itu. Ia tak memiliki keluarga dekat yang tinggal bersamanya. Kedua orang tuanya telah lama meninggal, dan keterbatasan fisik membuatnya bergantung sepenuhnya pada uluran tangan sanak keluarga dan tetangga yang peduli.

Kasim, salah seorang keponakan Nahni, mengungkapkan bahwa kondisi tantenya sebenarnya sudah lama diketahui oleh aparat kelurahan. Bahkan, nama Nahni telah berkali-kali masuk daftar calon penerima bantuan bedah rumah dari pemerintah. Namun hingga kini bantuan itu tak pernah datang.

“Sudah disurvei beberapa kali, tapi tidak pernah dapat bantuan. Katanya dialihkan ke warga lain. Padahal kondisi tante saya ini sangat memprihatinkan,” ujar Kasim, dengan nada kecewa.

Nahni hanyalah satu dari sekian banyak warga miskin yang luput dari prioritas program bantuan sosial. Kisahnya menjadi ironi tersendiri di tengah masifnya program perbaikan rumah tak layak huni yang digembar-gemborkan pemerintah. Keberadaan rumah reot milik Nahni hanya

Di tengah gemuruh pembangunan dan deretan program pengentasan kemiskinan, kisah Nahni Burhan adalah pengingat bahwa masih banyak wajah-wajah sunyi yang menunggu keadilan sosial datang mengetuk pintu atau setidaknya, membetulkan atap yang bocor di atas kepala mereka.(bdt)