POLMAN, POJOK RAKYAT – Beberapa orang hadir dengan ide megah, namun pergi sebelum eksekusi dimulai. Ada pula yang gemar tampil, namun tak satu pun jejak kerjanya terlihat.
Di tengah gegap gempita media sosial yang dijejali pencitraan tanpa isi, di Kecamatan Anreapi hadir satu nama yang menjadi pengecualian, Ahmad Kamal, S.Hi., M.Si., Ia bukan tipikal ASN yang muncul dalam setiap foto seremonial. Bukan pula yang pandai berpose saat rapat, tapi sulit dijumpai saat dibutuhkan. Ia adalah pengecualian. Dan pengecualian ini, baru saja mengukir prestasi.
Dalam ajang Jambore IPeKB Provinsi Sulawesi Barat, tanggal 26-29 Juli 2025, Ahmad Kamal dinobatkan sebagai Penyuluh KB dengan capaian Rapor terbaik Tahun 2024. Penghargaan ini diberikan berdasarkan Sertifikat Nomor: 0559/BL01/J31/2025, ditandatangani langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Barat, Rezky Murwanto, S.Kom.,MPH. Pengakuan ini bukan karena pencitraan, tetapi karena kinerja sesuatu yang kini mulai langka.
Tema Jambore tahun ini adalah “Mewujudkan Keluarga Berkualitas Mamase dan Malqbi di Sulawesi Barat melalui implementasi Quick Wins”, dan Ahmad Kamal adalah representasi hidup dari tema itu, bekerja dengan cepat, diam, tapi menang dengan hasil nyata.
Pak Ahmad begitu ia akrab disapa adalah definisi dari “diam-diam menghantam”. Tidak banyak bicara, tidak banyak wacana, apalagi unggahan. Tapi hasil kerjanya terasa. Di Desa Kunyi dan Desa Kelapa Dua, wilayah tugas beliau saat ini, angka prevalensi stunting berada di bawah rata-rata nasional. Suatu pencapaian yang tak lahir dari retorika, tetapi dari kehadiran nyata di lapangan.
Lebih dari itu, Pak Ahmad juga sukses membina dan memberdayakan masyarakat, salah satunya melalui kelompok UPPKA Mapia Rasa (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor). Di bawah bimbingannya, kelompok ini tumbuh menjadi unit usaha mandiri yang menggerakkan ekonomi keluarga berbasis komunitas. Di saat banyak yang bicara soal pemberdayaan, Pak Ahmad memilih bekerja dalam diam dan hasilnya berbicara.
Ia juga aktif membina remaja, khususnya remaja putri di Kelapa Dua dan Desa Kunyi. Baginya, remaja adalah aset bangsa, generasi penerus yang harus disiapkan sejak dini dengan pengetahuan, ketahanan diri, dan nilai-nilai positif agar kelak mereka mampu mengambil alih tongkat estafet pembangunan.
Sosok Pak Ahmad dikenal sederhana, santun, dan pekerja keras. Dulu, ia bertugas di Kelurahan Anreapi sebelum dimutasi ke Desa Kelapa Dua dan Desa Kunyi. Kepindahannya menyisakan luka kecil bagi Lurah Anreapi, Agus Armin, S.AP.
“Banyak rencana kami yang belum sempat terealisasi bersama Pak Ahmad. Tapi saya paham, orang seperti beliau dibutuhkan di mana saja. Ia selalu hadir di lapangan, komunikasinya terukur, dan yang paling penting, ia berbuat, bukan sekadar berbicara,” ujar Agus.
Prestasi Pak Ahmad bukan hanya soal angka. Ia adalah mitra lintas sektor yang menyenangkan. Camat Anreapi, Masrullah, S.STP., M.Adm.KP, menyebutnya sebagai contoh kolaborasi ideal di tingkat kecamatan.
“Koordinasi dengan Pak Ahmad selalu mudah. Ia rendah hati, sigap, dan memahami makna kerja lintas sektor. Anreapi butuh lebih banyak sosok seperti beliau.”
Senada dengan itu, Nurbayani, S.IP, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial, Pendidikan dan Kesehatan, menilai bahwa Ahmad adalah mitra ideal dalam pembangunan manusia.
“Jika kami butuh data untuk pengambilan kebijakan, Pak Ahmad selalu bisa diandalkan.
Tak ada prosedur berbelit-belit, tak ada janji palsu. Hanya kerja nyata.”
Sementara itu Sukmawati, staf Kantor Camat yang mengelola data sektoral, menyebutkan:
“Kalau bicara dedikasi, Pak Ahmad tidak kenal waktu. Pernah kami butuh bantuannya malam hari, dan ia hadir tanpa banyak alasan. Tidak menunggu panggung, tidak menunggu sorotan.”
Tentu, cerita ini tidak lengkap tanpa membandingkannya secara halus dengan mereka yang “selalu hadir” di layar, namun “absen” di lapangan. Yang sibuk menjadi influencer pelayanan publik, tapi nihil inovasi. Yang muncul ketika kamera menyala, tapi hilang saat warga memanggil.
Ada yang pandai mengemas kata-kata, merangkai “narasi perubahan”, namun selalu tercecer saat realita meminta pembuktian. Ada pula yang dapat jabatan bukan karena kualitas, tapi karena lihai menari di depan atasan tampil bagai Cinderella birokrasi, menawan di permukaan, tapi hampa dalam keberhasilan.
Pak Ahmad bukan mereka. Ia pengecualian. Sosok yang memilih menjadi pondasi, bukan dekorasi. Yang tak perlu “caption motivasi” setiap hari, karena tiap langkahnya sudah jadi inspirasi. Ia menunjukkan ketulusan, sibuk menata strategi pelayanan di masyarakat. Dan ironisnya, justru dari kerja senyap itulah lahir penghargaan.
Di momen bulan kemerdekaan ini, bangsa kita biasanya menoleh ke belakang, kepada para pahlawan yang mengangkat senjata demi merah putih.
Tapi kini, kita juga harus menoleh ke depan pada mereka yang membela bangsa dengan cara berbeda.
Ahmad Kamal adalah potret pahlawan masa kini. Ia mungkin tak terdengar lantang seperti orator, tak sepopuler selebgram pelayanan publik, dan tak sebercahaya tokoh-tokoh yang dikemas bak Cinderella birokrasi.
Tapi ia membuktikan bahwa pelayanan publik sejati bukan tentang tampil menawan, tapi kerja nyata yang berdampak.
Pakar manajemen publik Denhardt (2003) menyebut bahwa _serving citizens, not steering them,_ adalah prinsip utama pelayanan publik modern. Dan itulah yang dikerjakan Ahmad Kamal, ia tidak mengatur, tidak mencitrakan, tetapi melayani, membina, dan hadir.
Di saat sebagian aparatur sibuk mengejar kesan, Pak Ahmad justru menghadirkan dampak. Di saat banyak yang puas dengan permukaan yang cantik namun kosong, ia menunjukkan bahwa kedalaman kerja jauh lebih berharga daripada permukaan yang mengilap.
Di tengah kultur birokrasi yang kadang lebih menyukai mereka yang “pandai tampil” dibanding mereka yang “rajin bekerja”, sosok seperti Ahmad Kamal terasa langka.
Namun justru karena kelangkaannya, ia layak diangkat sebagai inspirasi. Bahwa tulus bekerja lebih kuat dari keras bersandiwara. Bahwa pengabdian bukan kompetisi estetika, melainkan keteguhan hati dan konsistensi.
Pada akhirnya Stunting bukan sekadar urusan gizi. Ia adalah soal masa depan. Indonesia Emas 2045 hanya bisa terwujud jika generasi mudanya tumbuh sehat, cerdas, dan kuat. Dan di Anreapi, kerja senyap Ahmad Kamal di Desa Kunyi dan Kelapa Dua adalah kontribusi nyata ke arah sana.
Satu orang memang tak bisa mengubah dunia sendiri. Tapi satu orang bisa menginspirasi banyak orang untuk bekerja lebih baik.
Merdeka bukan hanya tentang bebas dari penjajahan. Tapi juga tentang membebaskan diri dari budaya pencitraan yang tak menghasilkan apa-apa.
Ahmad Kamal telah merdeka dari semua itu. Dan kita, para pelayan masyarakat, seharusnya belajar darinya, apakah kita ingin dikenang karena hasil atau hanya karena sering muncul di reels?.
Respon (12)
Komentar ditutup.