POLMAN, POJOK RAKYAT — Bibit kakao dengan anggaran puluhan miliar didapati ditumpuk di atas truk bak batu bata saat distribusi, tanpa penanganan khusus, seolah proyek raksasa ini dijalankan asal-asalan.Jum’at 29 Agustus 2025.
Aktivis anti-korupsi Sulbar, Iwan, membeberkan hasil investigasi lapangan timnya di sejumlah Kecamatan penerima bantuan. Hasilnya, banyak anggota kelompok tani yang menerima bibit dengan kondisi tidak layak tanam karena kondisinya stres.
“Kami temukan pola yang sama di berbagai lokasi. Bibit kakao setelah tiga sampai empat hari dikarantina warga justru layu dan mati. Ini jelas ada persoalan serius,” tegas Iwan, Rabu (28/8/2025).
Menurutnya, dugaan masalah tak berhenti pada kualitas bibit saja. Ada indikasi kekurangan volume, kemurnian bibit yang diragukan, hingga pengabaian prosedur distribusi.
“Bibit ini didatangkan dari Kolaka. Perjalanan sampai ke lokasi tujuan bisa tiga hari. Harusnya dikarantina dan dijaga kualitasnya. Tapi kenyataannya, bibit ditumpuk di atas truk, jelas stres, rusak, dan akhirnya mati,” ungkapnya.
Iwan menegaskan, petunjuk teknis (juknis) kegiatan pengadaan bibit jelas menyebutkan bahwa bibit yang diterima masyarakat harus sehat dan siap tanam. Dengan nilai anggaran mencapai puluhan miliar, ia menduga ada praktik asal-asalan dalam pengelolaan proyek ini.
“Dinas Perkebunan Sulbar sebagai pengelola anggaran wajib memastikan kualitas bibit sesuai kontrak. Jangan seperti memberi makan ayam ditabur begitu saja, habis tanpa hasil. Kami mencium aroma permainan proyek di sini,” tegasnya.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan bibit kakao, Muliadi, menolak memberikan tanggapan saat dimintai konfirmasi dengan alasan sedang menghadiri rapat.(bdt)