POLMAN, POJOKRAKYAT – Pemerintah Kecamatan Anreapi menunjukkan keseriusannya dalam menekan angka stunting dengan menggelar “Rembuk Stunting” di Desa Kelapa Dua, Senin (7/7/2025). Kegiatan yang dijadwalkan berlangsung dari pukul 09.00 hingga 12.00 WITA ini melampaui waktu karena tingginya antusiasme peserta dan diskusi yang mengemuka, hingga forum baru selesai pada pukul 13.00 WITA.
Acara ini menghadirkan berbagai pihak lintas sektor, antara lain Camat Anreapi Masrullah, Sekretaris Camat Muhammad Narwis, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tenaga Ahli P3MD Naharuddin, Pendamping Lokal Desa Andi Halija, petugas gizi dari Puskesmas Anreapi, Kepala Balai KB Kecamatan Anreapi Purnama Dewi, Penyuluh KB Ahmad Kamal, para kepala dusun, kader posyandu, serta tokoh masyarakat Desa Kelapa Dua.
Dalam sambutannya, Camat Anreapi Masrullah menegaskan pentingnya membangun komitmen bersama untuk mencapai *zero stunting*. Ia menyebut kolaborasi lintas sektor sebagai kunci keberhasilan.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Mewujudkan Indonesia Emas 2045 tidak cukup hanya dengan mimpi. Kita butuh anak-anak sehat, tidak stunting, cerdas, dan siap menyambut bonus demografi,” tegasnya.
Data yang dipaparkan menunjukkan prevalensi stunting di Desa Kelapa Dua masih cukup tinggi, yakni 32,8% atau 43 dari 131 balita. Dari jumlah itu, 7 balita berada pada kelompok usia 0-23 bulan, 36 balita pada usia 24-59 bulan, dan 3 balita bahkan telah masuk dalam kategori gizi buruk.
Kepala Desa Kelapa Dua dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh stakeholder yang hadir. Ia menyoroti tantangan geografis dan keterbatasan anggaran sebagai faktor yang menghambat optimalisasi penanganan stunting.
Sementara itu, Tenaga Ahli P3MD Naharuddin menjelaskan bahwa musyawarah desa menjadi landasan penting dalam pengambilan keputusan anggaran, sehingga forum rembuk stunting menjadi momentum strategis untuk menyusun rencana intervensi yang tepat sasaran.
Diskusi menjadi semakin dinamis saat Sekretaris Camat Anreapi Muhammad Narwis menekankan perlunya data rinci mengenai balita stunting, termasuk latar belakang sosial keluarganya.
“Dengan data yang kuat, kita tidak hanya menanggulangi gejala, tapi mengintervensi akar masalah secara presisi,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pencegahan sejak dini melalui perhatian pada kesehatan remaja putri, yang prevalensi anemianya disebut mencapai 48,9%.
“Bayangkan jika remaja kita yang anemia hari ini menikah muda dan melahirkan anak stunting. Kita sedang mencetak generasi yang semakin lemah. Pencegahan hari ini adalah investasi peradaban kita,” tambah Narwis.
Senada, Kepala Balai KB Kecamatan Anreapi Purnama Dewi menegaskan pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.
“Ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pencipta kasih sayang. Keterlibatan ayah dalam parenting sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Meski udara Desa Kelapa Dua terasa sejuk dan menusuk, forum berlangsung hangat dengan partisipasi aktif dari seluruh peserta. Rembuk stunting ini dianggap sukses memperkuat semangat kolektif dalam memerangi stunting.
Menutup forum, Camat Masrullah menyampaikan pesan penuh optimisme,“Kita bisa. Kita mampu. Selama kita bersatu, data kita kuat, arah kita jelas, dan niat kita tulus, maka zero stunting bukan mimpi.”(*)