DaerahSosial & Budaya

UPPKA Mapia Rasa, Ketika Perempuan Anreapi Menyulap Pisang Menjadi Asa

×

UPPKA Mapia Rasa, Ketika Perempuan Anreapi Menyulap Pisang Menjadi Asa

Sebarkan artikel ini
IMG 20250702 WA0019

POLMAN,POJOK RAKYAT — Di jantung pedesaan Sulawesi Barat, tepatnya di Kecamatan Anreapi, sebuah kelompok usaha perempuan yang layak menjadi contoh. UPPKA Mapia Rasa. Kelompok ini bukan hanya tentang makanan ringan atau produk rumahan. Ia adalah kisah tentang pemberdayaan, tentang perempuan-perempuan desa yang berani mengambil peran lebih dalam menopang ekonomi keluarga, dan tentang bagaimana sebuah gagasan kecil bisa menjelma menjadi inspirasi besar. Rabu 02 Juli 2025.

Dibentuk berdasarkan SK Kepala Desa Kunyi Nomor: 440/UPPKA/DK/I/2025 tanggal 6 Januari 2025, kelompok ini beranggotakan sepuluh ibu rumah tangga. Mereka memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan produktif yang tidak hanya menghasilkan, tetapi juga memperkuat keutuhan dan harmoni dalam keluarga. Kelompok ini dipimpin oleh Sumrah (Ketua), bersama Ruhaeda (Wakil Ketua), Darmi (Sekretaris), Harida (Bendahara), dan enam anggota lainnya. Rahmatullaeni, Anti, Hadania, Hayati, Riska, dan Jumraeni.

Di bawah bimbingan Ahmad Kamal, S.Hi., M.Si, Penyuluh KB Desa Kunyi dan Kelapa Dua, UPPKA Mapia Rasa menjelma sebagai model bagaimana pemberdayaan perempuan mampu menjadi fondasi keluarga yang tangguh. “Keluarga yang stabil tidak hanya dibangun dari penghasilan, tapi juga dari sinergi peran antara suami dan istri. Ketika perempuan diberi ruang untuk berdaya, keharmonisan rumah tangga semakin kokoh,” tegas Ahmad Kamal.

*Dari Pisang Sisa ke Produk Bernilai Tinggi*
Kisah Mapia Rasa dimulai dari keprihatinan, bagian pisang yang kecil dan tidak diminati pasar sering terbuang sia-sia. Dari tangan-tangan kreatif inilah, pisang-pisang itu diolah menjadi keripik pisang aneka rasa yang kini menjadi produk andalan kelompok. “Dulu kami hanya bisa memproduksi sekitar 100-200 bungkus per minggu. Sekarang, kami bisa mencapai 1.000–2.000 bungkus dengan kemasan 100 gram,” kata Sumrah. Kenaikan itu didorong oleh meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata alam di Desa Kunyi dan sekitarnya.

Keripik pisang Mapia Rasa hadir dalam berbagai varian. Original, Manis dengan Gula Aren, Balado, dan Cokelat, dengan varian baru yang tengah diuji coba seperti Keju, Tiramisu, dan Mocca. Selain keripik, kelompok ini juga memproduksi Gula Aren Cair (dengan rasa Original, Pandan, dan Jahe), Tape Ketan Hitam dan Putih, serta Kerupuk Bawang.

*Dapur Kecil, Proses Panjang, Cita Rasa Besar*
Semua produk diolah di rumah Ruhaeda, sang wakil ketua, yang juga menjadi dapur produksi kelompok. “Kami tidak langsung berhasil. Banyak kali kami gagal menemukan formula yang pas, tapi kami terus mencoba,” ungkap Ruhaeda. Kini, hasil riset sederhana dan keuletan mereka menghasilkan produk dengan cita rasa kuat, diproses higienis, dan memenuhi standar konsumen.

*Menghidupkan Teori dalam Realitas. Kesetaraan di Dapur dan di Meja Ekonomi*
Mapia Rasa secara nyata mempraktikkan teori feminis tentang pembagian kerja secara seksual, bahwa peran perempuan tidak semata di ruang domestik, tapi juga di sektor ekonomi. Mereka adalah bukti bahwa perempuan desa bukan hanya bisa berkarya dari rumah, tapi juga menciptakan dampak luas bagi keluarga dan komunitas.

Seperti diungkapkan Muhammad Narwis, “Kita ingin dunia tahu, bahwa Anreapi bukan hanya dikenal dengan buah-buahannya seperti durian, langsat, dan cokelat, atau sayur-sayurannya yang subur. Bukan hanya tentang indahnya panorama alam di Desa Kunyi, Kelapa Dua, Pappandangan, atau Kelurahan Anreapi. Tapi juga tentang semangat masyarakatnya yang bekerja keras, berinovasi, dan pantang menyerah.” Menurut Narwis, julukan “Qitah minal Jannah” (potongan surga) untuk Anreapi bukan isapan jempol semata, tetapi mencerminkan kenyataan yang hidup dan tumbuh di tengah warganya.

*Menuju Panggung Provinsi*
Saat ini, UPPKA Mapia Rasa diproyeksikan untuk mewakili Kecamatan Anreapi pada puncak perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Provinsi Sulawesi Barat, yang akan diselenggarakan di Kabupaten Mamasa pada pertengahan Juli 2025. Acara ini rencananya akan dihadiri langsung oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN.

“Kami sedang mengusahakan segala kebutuhan dan kelengkapan syaratnya,” ujar Ahmad Kamal, selaku pembina. Ia menambahkan, keikutsertaan Mapia Rasa di panggung provinsi bukan semata pengakuan, melainkan bentuk apresiasi terhadap kerja keras dan ketekunan mereka dalam membangun ekonomi keluarga.

*Menanti Perhatian, Bukan Bantuan*
Apa yang mereka harapkan dari pemerintah? “Kami tidak menuntut alat atau bantuan dana. Cukup diberi perhatian, motivasi, dan dibantu promosi produk kami. Itu sudah luar biasa bagi kami,” ujar Sumrah.

IMG 20250702 WA0020
Minuman energi alami baik untuk pria.

Selain promosi lokal, Pemerintah Kecamatan Anreapi juga tengah menyiapkan edaran kepada para pengelola objek wisata agar memprioritaskan produk lokal seperti Mapia Rasa dan air minum kemasan “Wai Iru” dari BUMDes Kelapa Dua. Ini adalah bentuk nyata keberpihakan pemerintah terhadap UMKM lokal.

UPPKA Mapia Rasa adalah contoh nyata bahwa pemberdayaan perempuan bukan wacana, melainkan tindakan. Mereka tidak hanya mengolah pisang menjadi keripik. Mereka sedang mengolah harapan menjadi kenyataan. Mereka adalah wajah Anreapi yang sesungguhnya: tangguh, mandiri, dan penuh daya hidup.

Di tengah gemuruh pembangunan nasional, semoga kisah mereka sampai ke telinga para pengambil kebijakan. Karena jika satu kelompok kecil di Anreapi saja bisa menghasilkan ini semua, bayangkan jika seluruh desa di Indonesia punya semangat yang sama.(*)

Screenshot 20250716 222443 Gallery
Daerah

POJOKRAKYAT.ID — 44.475 warga miskin di Kabupaten Polewali Mandar bakal dapat bantuan beras medium 20 Kilogram untuk setiap penerima dari pemerintah pusat yang akan dibagikan pada bulan ini.