POJOKRAKYAT.ID — Pondok Pesantren Al-Risalah Batetangnga kembali meneguhkan tradisi intelektualnya melalui penyelenggaraan Grand Final Debat Ilmiah Keislaman, yang digelar di Aula Putri Pondok Pesantren Al-Risalah Batetangnga pada malam Senin, 7 Desember 2025. Kegiatan ini merupakan puncak rangkaian kompetisi debat yang disusun untuk memperkuat daya kritis santri, melatih kemampuan menelusuri referensi, mempertajam seni berargumentasi, serta mengasah kecakapan dalam memadukan dalil-dalil keislaman dengan realitas sosial.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Risalah Batetangnga, Dr. M. Ali Rusdi Bedong, S.Th.I., M.H.I., menekankan bahwa debat ilmiah adalah wahana penting dalam membangun karakter intelektual santri.
“Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengeksplor kemampuan santri dalam menyampaikan gagasan secara kritis, mampu mengemukakan pendapat dengan baik, dan terampil mencari dalil yang dibutuhkan. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini terus dilaksanakan karena ini merupakan salah satu langkah penting untuk menghadapi persaingan di masa depan,” ungkapnya.
Babak grand final mempertemukan dua tim terbaik yang tampil dengan performa meyakinkan. Tim 3-B PDF sebagai kubu pro diperkuat oleh Muh. Yasir, Muh. Fadhil Alwi, dan Muh. Khilman Ramadhan. Adapun kubu kontra diwakili Tim 2-A PDF yang beranggotakan Ilham Junaid, Muhammad Al-Farabi Rahmat, dan Irham Junaid. Kedua tim menunjukkan penguasaan materi, argumentasi yang terstruktur, dan respons cepat terhadap serangan lawan, sehingga jalannya debat berlangsung hidup, tegang, sekaligus edukatif.
Kegiatan ini mendapatkan perhatian besar dan disaksikan oleh ribuan santri putra dan putri, serta para dewan guru. Antusiasme yang meluap dari para penonton semakin menghidupkan jalannya kompetisi dan memberi dorongan moral yang kuat kepada para peserta.
Melalui penyelenggaraan grand final ini, Pondok Pesantren Al-Risalah Batetangnga kembali membuktikan komitmennya dalam melahirkan generasi santri yang tidak hanya unggul dalam penguasaan ilmu-ilmu keagamaan, tetapi juga kritis, berwawasan luas, dan mampu berkompetisi di berbagai ruang diskursus keilmuan modern. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pesantren mampu menghadirkan ruang intelektual yang hidup, relevan, dan adaptif terhadap tantangan zaman.(rls)










